Serang, Rabu 3 November 2021 waktu setempat, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten menyelenggarakan Webinar Nasional dengan mengangkat tema: “PENDIDIKAN UNTUK SEMUA: Paradigma, Landasan Teoritis, dan Strategi Implementasi Pendidikan Inklusif di Madrasah Ibtidaiyah”. Webinar kali ini menjadi sorotan di kalangan beberapa akademisi karena tema yang diangkat “nyaris terlupakan” oleh para pemangku kebijakan dan pelaksana kebijakan. Sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Budi Sudrajat, MA selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik FEBI bahwa: “Webinar ini mantap sekali, karena isu yang diangkat relatif belum banyak disentuh oleh Pendidikan Dasar”, tandasnya. Forum Webinar Pendidikan Inklusif ini mendapatkan sambutan yang hangat dari para peserta dengan diikuti oleh peserta berjumlah lebih dari 300 orang dari segala penjuru mulai dari mahasiswa, guru, dosen, dan praktisi di seluruh penjuru negeri.

Webinar Nasional ini dipandu oleh Sekretaris Prodi PGMI, Fithri Meilawati, M.Pd dengan ditemani oleh Gadis Niyanti Pertiwi, mahasiswa PGMI Semester V, dimulai dengan pembukaan dan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh Syarif, S.Pd (alumni Prodi PGMI tahun 2018 sekaligus sebagai Ketua Ikatan Alumni PGMI Periode 2018-2022). Dalam sambutannya, Khaeroni, M.Si selaku Kaprodi menyampaikan ucapan terimakasih atas kehadiran audiens dalam upaya thalabul’ilmi (menuntut ilmu) tentang keumatan dengan tema yang jarang disentuh oleh perguruan tinggi dan akademisi terutama di Provinsi Banten. Selain itu, ia juga mengutip al-Qur’an Surah ‘Abasa ayat 1 sampai 10, bahwa: “Rasulullah SAW sempat ditegur oleh Allah SWT saat bermuka masam terhadap salah seorang yang dianggap memiliki kekurangan sementara lebih memilih untuk melayani yang lainnya. Nilai tarbiyah (pendidikan) yang harus diikuti bahwa siapa pun yang datang kepada Nabi seharusnya tidak ditolak. Karena itu, pendidikan harus dilangsungkan untuk semua tanpa memandang suku, bangsa, atau pun fisik lainnya”, tandasnya.

Selain itu, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SMH Banten, Dr. Nana Jumhana, M.Ag. dalam sambutannya, mengutip sebuah Hadits yang artinya: “setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi), kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Ia juga berterimakasih kepada Prodi PGMI yang telah menginisiasi kegiatan webinar ini. “Kegiatan ini bukan hanya kegiatan akademik namun bernilai sebagai pengabdian kepada masyarakat karena kita dapat mengikutinya secara luas”, tandasnya. Pemberian wawasan Pendidikan Inklusif pada mahasiswa PGMI menjadi penting karena dalam implementasi di madrasah terdapat permasalahan-permasalahan diantaranya adalah kurangnya wawasan para pelaksana kebijakan tentang pendidikan inklusif. Karena itu, menjadi penting bagi para mahasiswa PGMI yang notabene akan menjadi pendidik di Madrasah.

Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya lebih konsen dalam memperjuangkan dan menginisiasi pendidikan inklusif, karena sejatinya pendidikan adalah untuk semua (education for all), tanpa membeda-bedakan apapun. Tidak ada diskriminasi terhadap semua anak, karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Acara webinar ini dimoderatori oleh Drs. H. Habudin, M.Pd, Dosen PGMI UIN SMH Banten yang konsen dalam bidang pendidikan inklusif di Madrasah. Pembicara pada webinar ini menghadirkan Ibu Dr. Rof’ah Makin selaku Pegiat Pendidikan Inklusif dari UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dan Bapak Supriyono, M.Pd.

Para mahasiswa yang hadir pada Webinar ini akan menjadi penjuang inklusif dan penyebar virus Inklusif, papar Ro’fah. Ia telah mendirikan ULB Pusat Layanan Difabel sejak 2006 di UIN Sunan Kalijaga dan semoga ini juga dapat didirikan di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dalam menginisiasi dan menyediakan pendidikan inklusif untuk semua khususnya di PTKIN, dan kegiatan ini semoga menjadi hal yang positif, imbuhnya. Lain halnya dengan Supriyono atau Leck Pri sapaan akrabnya, selaku praktisi ahli pendidikan inklusif dan pakar di BNSP. Leck Pri juga saat ini menjabat sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah Keji, madrasah pertama yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Jawa Tengah. Dalam paparannya, Leck Pri menyampaikan Strategi Impelmentasi Pendidikan Inklusif di Madrasah Ibtidaiyah. “Ada 47.000 anak yang sekolah di madrasah mengalami disabilitas”, paparnya, yang harus difasilitasi oleh kita selaku guru, karena mereka sudah ada dan sekolah di madrasah. Selain itu, Leck Pri juga menampilkan video Madrasah Ibtidaiyah Keji, Semarang Jawa Tengah yang telah membuka pendidikan inklusi sejak 2012 silam.

Kegiatan webinar ini diharapkan dapat membuka hati para pemangku kebijakan dan para pejuang pendidikan untuk mengkampanyekan dan menyelenggarakan pendidikan inklusif pada lembaga pendidikan, karena pendidikan itu adalah hak semua anak. Semoga. (Penulis, Juhji)
Paradigma dan komponen penting dalam pengembangan pendidikan inklusif di Madrasah Ibtidaiyah (klik untuk mengunduh materi)
??Ro’fah, S.Ag., BSW., MA., Ph.D. ??
Strategi implementasi pendidikan inklusif di Madrasah Ibtidaiyah (klik untuk mengunduh materi)
??Supriyono, S.Pd.I, M.Pd ??
Dokumentasi Webinar di Youtube: