Oleh : Khaeroni, M.Si – Ketua Jurusan PGMI
Sudah dipastikan bahwa hari ini timeline saya akan dipenuhi oleh postingan tentang wisuda, karena hari ini ratusan mahasiswa UIN Banten telah melalui prosesi wisuda. Oleh karena itu, saya juga ingin memposting tentang wisuda.
Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 18 Agustus 2005, kami (saya dan kedua orang tua) terlibat dalam sebuah peristiwa penting dalam sejarah hidup kami: wisuda. Ya. Saya menghabiskan waktu 3 tahun 8 bulan untuk bisa menyandang gelar sarjana. Bukan waktu yang sebentar. Terlebih orang tua yang menanggung hampir seluruh biaya kuliah dan hidup saya selama di perantauan. Terkadang, tidak peduli di rumah makan apa, yang penting saya di sana tidak kelaparan. Pun juga dengan saya. Menjalankan semua prosedur akademik dengan standar yang sangat tinggi dan tidak dibarengi dengan kecerdasan yang memadai. Tapi alhamdulillah, semua bisa terlewati dengan baik dan memberikan hasil yang tidak mengecewakan.
Dari sini kita belajar, bahwa kebahagiaan adalah tentang berjuang bersama. Bukan saling mengandalkan satu atau yang lainnya.
Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Selagi semuanya jujur dengan keadaannya, maka perjuangannya dalam berkorban mudah-mudahan bernilai ibadah.
Saat semuanya tercapai dengan baik, walau tidak dilalui dengan jalan yang mulus, maka wisuda mengembalikan ingatan siapa saja yang terlibat dalam pencapaian itu. Ternyata kita tidak sendiri. Oleh karenanya, orang tua ikut berbahagia. Semua keluarga dan sanak saudara juga bersorak, ikut bangga dan berbahagia. Karena sejatinya, sekali lagi, kita berbahagia karena pencapaian yang kita raih adalah buah dari pengorbanan kita bersama.
Selamat menikmati kebahagiaan. Buah pengorbanan dan kesetiaan. Saya pun saat ini ikut bangga dan bahagia karena melihat buah pengorbanan mahasiswa dan orang tua dalam peristiwa bernama wisuda yang sejatinya adalah buah dari pengorbanan bersama.