Ketika Semua Informasi Ada di Google, Masihkah Peran Guru Penting?

Kolom Kajur PGMI

Kira-kira seperti inilah judul artikel yang pernah ditulis oleh teman saya, Udi Samanhudi. Saat itu saya tidak bisa menjawab dengan pasti, karena situasinya serba ideal. Siswa dan mahasiswa pun berpikir pragmatis. Tidak mau repot mencari informasi tambahan di Google atau kanal lainnya.

Artikel tersebut ditulis bulan Juli tahun 2017. Jauh sebelum wabah Corona melanda dunia, termasuk Indonesia. Salah satu cara agar wabah ini lenyap dan tidak menyebar, seluruh dunia meminta warganya menetap di dalam rumah. Bahkan sebagian besar pegawai pemerintah mulai #kerjadarirumah. Tidak terkecuali sebagian besar sekolah ditutup. Aktivitas belajar-mengajar dilakukan secara daring (online). Baik guru dan siswa diminta meminimalisir pertemuan secara fisik guna menghindari penyebaran virus ini lebih luas. Guru dan siswa ‘bertemu’ melalui jalur daring. Memanfaatkan beragam perangkat dan kanal kelas daring. Tidak sedikit juga guru yang hanya memberikan sejumlah tugas, siswa mengerjakan, dan hasilnya dilaporkan melalui pesan Whats App.

Saya pun menyelenggarakan perkuliahan secara daring menggunakan aplikasi berbasis moodle yang disediakan secara gratis oleh gnomio. Saya sudah membuat tampilan aplikasi se komunikatif mungkin. Mengedit slide jadi lebih sederhana dan menambahkan instruksi melakukan diskusi agar interaktif. Slide saya buat menggantikan peran saya dalam menjelaskan materi. Saya banyak menggunakan subjek ‘kita’ dari yang sebelumnya pasif. Di akhir setiap materi, saya memberikan tugas yang juga harus dikirimkan melalui laman e-learning masing-masing.

Kebetulan matakuliah saya Statistika. Tugas pertama tidak ada hitung-hitungan karena masih berdiskusi seputar konsep Data dan Variabel. Tugas kedua juga demikian. Kami mendiskusikan tentang ‘Skala Pengukuran’. Sama sekali tidak ada hitung-hitungan. Namun, sebagian mahasiswa tidak paham dengan tugas yang diberikan karena menurut mereka penjelasan yang diberikan di slide tidak dapat dipahami dengan baik. Saya masih harus menjelaskan secara detail melalui grup WA. Kebetulan saya mengajar 3 kelas. Jadi dalam waktu bersamaan saya harus menjelaskan ke 3 kelas tersebut.

Apatah lagi dengan tugas ketiga, Uji Validitas dan Reliabilitas. Contoh di slide sudah saya berikan. Bahkan saya tambahkan dengan 4 file lain sebagai contoh pembanding dan lebih banyak. Tetapi, saya harus tetap kembali menjelaskan di 3 grup WA berbeda, sampai tengah malam.

Istri saya mengajar dengan cara yang berbeda. Mungkin karena pengalaman yang saya dapatkan, dia langsung memanfaatkan grup WA untuk menjelaskan materi. Caranya sederhana, setiap kali menjelaskan satu konsep dan latihan soal, dia merekam prosedur pengerjaan soal tersebut pada selembar kertas, sambil ‘bersuara’. Kemudian membagikan video tersebut ke grup WA.

Jadi, pertanyaan tersebut sekarang akhirnya terjawab ya? Dan bisa jadi, jawabannya kini berbeda karena refleksi yang kita lakukan.

Semangat selalu untuk kemajuan dunia pendidikan!

Khaeroni – Ketua Jurusan PGMI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *