Saat itu saya sedang mengisi materi di sebuah pelatihan. Di awal sesi, saya menyapa peserta. Kemudian saya mengeluarkan selembar uang kertas, pecahan 1000 rupiah. Saya sampaikan ke peserta, ‘Bapak Ibu, di tangan saya ada selembar uang kertas seribu rupiah. Siapa yang mau, silakan ambil ke depan’. Beberapa detik saya tunggu, tidak ada yang maju. Saya tawarkan sekali lagi, kalau ada yang mau silakan maju, ambil. Masih sama, bergeming.
Terpaksa uang tersebut saya masukkan kembali ke kantong. Kemudian saya bertanya kepada mereka, kenapa tidak ada yang maju mengambil uang yang saya tawarkan. Ada yang menjawab malu, ada juga yang menjawab kekecilan, buat apa cuma seribu, di kantong saya ada yang lebih besar.
Lalu saya katakan begini, “Bapak dan Ibu, apa yang kita lihat tadi menggambarkan bagaimana kita sering sekali mengabaikan kesempatan dan peluang dengan berbagai macam alasan. Jauh, berat, gajinya kecil, peluangnya kecil, dan sebagainya. Bahkan ada juga yang MALAS. Padahal, datangnya kesempatan jarang lebih dari sekali. Apa yang saya lakukan adalah memberikan Bapak Ibu sebuah tawaran sangat kecil. Tapi ternyata sikap kita memang demikian, pengen selalu serba instan. Bahkan takut memulai, dan malas menjalani proses. Ambillah kesempatan sekecil apapun, jangan malu. Sekarang kita akan melakukan sebuah pelatihan, ini adalah kesempatan Bapak dan Ibu untuk meningkatkan kapasitas diri. Semoga Bapak dan Ibu dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik karena di luar sana masih banyak yang tidak atau belum mendapatkan kesempatan seperti yang Bapak dan Ibu dapatkan”